bismillahirrahmanirahiim....
renungan 15 Syawal 1430 H
pagi ini terjaga diriku untuk menuliskan sepucuk pesan untukmu
semoga saja pesan ini bisa memberi kemanfaatan bagimu
dan nantinya dirimu bisa memberi kemanfaatan bagi umatmu
duhai nanda, bila berbicara tentang bilangan 24, kita akan teringat akan beberapa peristiwa
24 tahun adalah masa ketika Rasulullah sedang berdagang di negeri Syam
pada usia itu Beliau telah menapakkan kakinya hingga di negeri jauh
bila berbicara bilangan 24, kita pun akan teringat pada peristiwa di 24 hijriah
24 hijriah adalah tahun pertama khalifah Utsman RA menjalani amanahnya sebagai khilafah
itu artinya Islam telah menyebar ke wilayah-wilayah yang sangat luas
pada masa tersebut, wilayah Islam telah menyebar dari negeri irak di sebelah timur, meluas hingga Syam di sebelah utara hingga mesir dan afrika Bagian Utara di sebelah barat
duhai nanda, 24 tahun setelah Hijrahnya Rasul kita tercinta, Islam yang tidak pernah dikenal sebelumnya telah menjadi kekuatan yang disegani di dunia
24 tahun adalah usia seorang pemuda bernama Muhammad Al Fatih menjalani tahun ketiganya memerintah Konstantinopel yang berhasil ia dan pasukannya bebaskan
itulah beberapa pencapaian yang berhasil diraih oleh pendahulu-pendahulu kita
sudahkan dirimu meraih hal sama?
duhai Nanda,
usia bukanlah hal terlalu penting untuk kita pikirkan, tapi ia dapat menjadi ukuran pencapaian apa yang telah kita raih
karena bagaimanapun waktu kita di dunia ini tidaklah selamanya
duhai Nanda,
beruntunglah diri kita yang Allah berikan nikmat usia hingga saat ini
karenanya merupakan kekufuran terhadap nikmat tersebut bila kita siakan dan lewatkan tanpa bertambahnya keshalihan kita
bila kita lewatkan tanpa bertambahnya ketaqwaan kita, bila kita lewatkan tanpa adanya kemanfaatan bagi kita dan masyarakat kita
duhai Nanda,
dahulu 24 tahun lalu, di suana yang sama dengan pagi yang gulita ini, dirimu pertama kali melihat dunia
menjadi resmi sebagai penduduk bumi Allah yang penuh limpahan nikmat ini
tangisamu adalah kebahagiaan kedua orang tuamu dan orang-orang disekelilingmu
sudahkah dalam 24 tahun ini dirimu dapat memberikan kebaikan yang sama dengan kebaikan yang telah kau rasakan selama ini?
sudahkah dalam 24 tahun ini dirimu dapat memberikan kebahagiaan yang sama sebagaimana ayah bunda mu, dan juga kerabatmua memberikan kebahagiaan bagimu?
sudahkah dalam 24 tahun ini dirimu bermanfaat bagi agamamu yang telah menjadi bagian dari dirimu dan menjadi penjaga dirimu?
duhai Nanda
semoga dirimu dapat mebayangkan kesakitan yang dirasakan oleh bundamu ketika melahirkan dirimu
karena itu satu-satunya yang bisa kita lakukan sebagai seorang laki-laki, membayangkan kesakitan tersebut, karena kita tidak akan pernah bisa merasakan hal yang sama
namun kini telah 24 tahun dirimu menjalani kehidupanmu
apakah telah sanggup kau ganti kesakitan yang dahulu bundamu rasakan demi melahirkan dirimu?
kesakitan yang bundamu derita setelah sebelumnya selama 9 bulan ia direpotkan oleh dirimu di rahimnya
duhai Nanda
tentunya kita sama-sama berusaha untuk itu
hanya ini yang bisa diriku tuliskan untuk mu untuk renungan bagimu
semoga 24 tahun lalu, yang terlahir didunia ini adalah seseorang yang akan menjadi rahmat bagi keluarganya, menjadi rahmat bagi masyarakatnya, menjadi rahmat bagi agamanya, menjadi rahmat bagi umatnya
semoga 24 tahun lalu, yang terlahir didunia ini adalah seseorang yang dapat mengembalikan kejayaan umat yang telah sekian lama terkoyak
semoga 24 tahun lalu, yang terlahir didunia ini adalah seorang Salahuddin baru umat ini...
yang menegakkan kembali harga diri umat, yang meluruskan kembali kesesatan-kesesatan yang terjadi pada diri umat
sebagaimana yang telah dirimu baca dan pelajari akan riwayatnya selama ini
duhai Nanda
segala harapan telah terpatri di dalam dirimu
semoga dirimu dapat menjadi apa yang umat ini harapkan terhadap dirimu...
Allahumma Aamiin...
ketika dunia terlelap, ada segelintir jiwa yang terbangun dan berdiri, kemudian bersujud kepada pemiliknya. ketika dunia gulita, ada titik-titik cahaya yang bersinar, sinarnya begitu murni, semurni kilauan mutiara. ketika dunia dahaga, ada tetes-tetes air, tetesannya sebening embun pagi, membasahi hati yang pilu, menyuburkan jiwa yang tandus. bukan mata air kautsar, melainkan air mata jiwa-jiwa suci bersih.
Thursday, September 23, 2010
Thursday, September 09, 2010
Rembulan yang akan Pergi
hadirmu membawa berjuta harapan
bersamamu lahir berjuta kenangan
pergimu meninggalkan berjuta kesedihan
hadir Rembulan membawa harapan
permohonan akan ampunan
impian akan kebahagian di negeri kampung halaman
kebaikan seribu bulan
gambaran pintu syurga dalam genggaman
bersama Rembulan lahir kenangan
kenangan akan turunnya risalah kepada Sang Utusan
kenangan peluh penuh pelajaran
kenangan patrian dalam didikan
kenangan suara merdu menggemanya lantunan Quran
pergi Rembulan meninggalkan kesedihan
tetesan airmata mengalir menjadi genangan
kesedihan karena keputusasaan
tiada pengetahuan
apalagi kesanggupan membuat paksaan
akankah berjumpa lagi tahun depan
duhai Rembulan,semoga malam ini kau memberi kepastian
senyuman yg terlukis adalah tanda kemenangan
karena tidak lama lagi kau akan menghilang
pulang kembali ke haribaan
Saturday, September 04, 2010
Rembulan Perpisahan...
malam ini kutatap Rembulan
warnanya kuning cerah keemasan
berselimut samar menambahkan sinar
tanda malam menjerumus semakin dalam
Rembulan malam
seakan kau sekarang bertutup cadar
memberi isyarat akan tanda perpisahan
padahal kuingat dihari yang lalu kau tersipu malu,
mendatangiku dalam wajah penuh rindu
membuat penduduk bumi hampir saja tertawan emosi
berdiri setiap malam memuji Ilahi
tapi kini adakah waktu selama kau menemani
kudapat pelajaran dan keberkahan berharga dalam sunyi
kembali merasa menjadi jiwa dan pribadi yang suci
Duhai Rembulan,
adakah simpul yang kini kau tampakkan adalah simpul senyuman manis penuh kerelaan?
ataukah salam perpisahan yang terjanjikan bayaran dalam kebahagiaan?
atau sekedar hiburan penyamar kerugian akibat kekurangan?
namun kumemohon kepada Tuan Pemilik dirimu, yang mengutusmu menemaniku,
semoga dapat kembali kuberjumpa denganmu,
merengkuhmu dan tak akan menyiakan serta membiarkanmu.
sampai jumpa wahai Rembulan penuh keberkahan,
Rembulan saksi wahyu diturunkan
kepada pribadi mulia Rasul pilihan
Rembulan kencana pada pesuruh Tuhan
membawa kebaikan kepada manusia-manusia pilihan...
***
selamat jalan wahai Ramadhan...
Sang pemilik keagungan seribu bulan...
tak sanggup rasanya kurelakan kau kembali keharibaan...
berganti dengan Syawal sang pemilik alunan merdu dalam sahutan...
menandakan bumi telah gegap gempita meraih kemenangan...
***
semoga saja benar kemenangan
bagi diriku yang tidak pernah optimal...
Thursday, August 26, 2010
karena kami terlanjur mencintai umat ini...
karena kami terlanjur mencintai umat ini,
siang dan malam tidak ada hal lain yang kami pikirkan
semoga umat kami bisa merasakan kenikmatan yang sama dengan yang kami rasakan
karena kami terlanjur mencintai umat ini,
tidur kami pun bermimpi tentang negeri yang sejahtera
seluruh rakyatnya beriman dan berbahagia
kami mencintai umat ini
karena baginda Rasul pun mencintainya sangat mendalam
karena umat adalah warisan baginda yang harus dijaga
karena kami terlanjur mencintai umat ini
tiada harapan yang lebih besar selain dapat kembali bersama-sama mereka melewati gerbang Syurga di kampung akhirat nanti
karena kami terlanjur mencintai umat ini
ijab kabul yang telah sebagian kami lakukan dan yang akan sebagian kami lakukan
adalah demi harapan dapat memberi lebih baik bagi umat ini
dan bukan untuk kesenangan kami pribadi
kami mencintai umat ini,
karena emas mutiara pun tidak sanggup menggantikan harkat dan maruahnya..
karena kami tidak mengerti, adakah kebahagiaan yang lebih besar selain menyaksikan mereka kembali mendapatkan kejayaannya
karena kami mencintai umat ini
aku berharap, dirimu dapat bersama-sama kami mencintai umat ini...
siang dan malam tidak ada hal lain yang kami pikirkan
semoga umat kami bisa merasakan kenikmatan yang sama dengan yang kami rasakan
karena kami terlanjur mencintai umat ini,
tidur kami pun bermimpi tentang negeri yang sejahtera
seluruh rakyatnya beriman dan berbahagia
kami mencintai umat ini
karena baginda Rasul pun mencintainya sangat mendalam
karena umat adalah warisan baginda yang harus dijaga
karena kami terlanjur mencintai umat ini
tiada harapan yang lebih besar selain dapat kembali bersama-sama mereka melewati gerbang Syurga di kampung akhirat nanti
karena kami terlanjur mencintai umat ini
ijab kabul yang telah sebagian kami lakukan dan yang akan sebagian kami lakukan
adalah demi harapan dapat memberi lebih baik bagi umat ini
dan bukan untuk kesenangan kami pribadi
kami mencintai umat ini,
karena emas mutiara pun tidak sanggup menggantikan harkat dan maruahnya..
karena kami tidak mengerti, adakah kebahagiaan yang lebih besar selain menyaksikan mereka kembali mendapatkan kejayaannya
karena kami mencintai umat ini
aku berharap, dirimu dapat bersama-sama kami mencintai umat ini...
Thursday, July 29, 2010
hijau biru singgasana...
Burung camar terbang mendatar
Bersigap menatap mangsa berkerumun menghitam permukaan
Ada lagi angsa bungkuk
Berkaki tunggal berkerudung lumpur tenggelam kepala
Tapi tubuh padi seakan menua
Semakin sepuh dalam kebijaksanaan
Jagung putih pun perlahan menguning
Menimbun bekal menjadi permata
Di tepi ladang, pematang beracuh-acuh
Ditengahnya seonggok jerami menari-nari
Menanti Sang Pemilik berhidang hasil bumi
Menghalau pendatang mencuri ribuan arti
....
Kini aku mencari paham
adakah kata yang terlewatkan
berbagi pesan dalam keheningan
sedangkan mentari tidak pernah bermuram
....
kaki gelatik tidak panjang
mahkota raja berbuntut merak
kayu cendana semerbak aroma
kayu meranti kokoh terpancang
jati dalam hati kuatkah selalu
menjadi tonggak tegak persada
ada apakah gerangan ?
setiap kata berlawan kata
seakan tiba manusia tidak berkata
hanya tangan dan senjata mengambil makna
bila hitam dan putih berperang merebut suasana
itulah wajar semua berkelana
tapi bila hijau dan biru yang naik ke atas singgasana
tidaklah perlu semua berduka
....
*makna akan hadir ketika tidak ada prasangka...
Bersigap menatap mangsa berkerumun menghitam permukaan
Ada lagi angsa bungkuk
Berkaki tunggal berkerudung lumpur tenggelam kepala
Tapi tubuh padi seakan menua
Semakin sepuh dalam kebijaksanaan
Jagung putih pun perlahan menguning
Menimbun bekal menjadi permata
Di tepi ladang, pematang beracuh-acuh
Ditengahnya seonggok jerami menari-nari
Menanti Sang Pemilik berhidang hasil bumi
Menghalau pendatang mencuri ribuan arti
....
Kini aku mencari paham
adakah kata yang terlewatkan
berbagi pesan dalam keheningan
sedangkan mentari tidak pernah bermuram
....
kaki gelatik tidak panjang
mahkota raja berbuntut merak
kayu cendana semerbak aroma
kayu meranti kokoh terpancang
jati dalam hati kuatkah selalu
menjadi tonggak tegak persada
ada apakah gerangan ?
setiap kata berlawan kata
seakan tiba manusia tidak berkata
hanya tangan dan senjata mengambil makna
bila hitam dan putih berperang merebut suasana
itulah wajar semua berkelana
tapi bila hijau dan biru yang naik ke atas singgasana
tidaklah perlu semua berduka
....
*makna akan hadir ketika tidak ada prasangka...
Wednesday, June 30, 2010
Kata yang tidak sengaja tertulis
Tiba-tiba muncul nuansa warna-warni menyeruak..
Timbul tenggelam kemudian menghilang..
Hanya biru yang tersisa dan keindahan nalar dalam realita yang akan selalu nyata..
Rindu rasanya untuk bercengkerama dengan pepohonan rimbun..
Penuh kehijauan sumber kemuliaan..
Namun akankah hijau akan selalu hijau? Sedangkan merah dan hitam bersembunyi dengan terang-terangan mengintai dalam balutan putih menjadikannya merah muda dan kelabu..
Nampak indah dipandang mata padahal suram dimata kalbu..
Penuh pesona seakan membawa bahagia..
Berkata kita, inilah saya, hanya seorang manusia dalam usaha, namun tetap saja tidak punya kuasa..
Tapi selalu saja mudah memasukkan ironi dalam isi kata dan perilaku..
Ini bukan untaian pesimistis menjadikan lemas bak penyandang osteoarthritis..
Tapi tarikan benang elastis menjadikan terlontar menembus awan berlapis-lapis..
Timbul tenggelam kemudian menghilang..
Hanya biru yang tersisa dan keindahan nalar dalam realita yang akan selalu nyata..
Rindu rasanya untuk bercengkerama dengan pepohonan rimbun..
Penuh kehijauan sumber kemuliaan..
Namun akankah hijau akan selalu hijau? Sedangkan merah dan hitam bersembunyi dengan terang-terangan mengintai dalam balutan putih menjadikannya merah muda dan kelabu..
Nampak indah dipandang mata padahal suram dimata kalbu..
Penuh pesona seakan membawa bahagia..
Berkata kita, inilah saya, hanya seorang manusia dalam usaha, namun tetap saja tidak punya kuasa..
Tapi selalu saja mudah memasukkan ironi dalam isi kata dan perilaku..
Ini bukan untaian pesimistis menjadikan lemas bak penyandang osteoarthritis..
Tapi tarikan benang elastis menjadikan terlontar menembus awan berlapis-lapis..
Friday, June 18, 2010
Jangan Teman !!!
Kita tidak perlu menukar pakaian kita teman, hanya karena kita baru tsadar,orang-orang disekeliling kita sekarang tidak lagi satu seragam dgn kita..
Kita tidak perlu merubah warna kita teman, hanya karena kita melihat warna yang beraneka ragam..
Kita pun tidak perlu merubah gaya hidup kita teman, hanya karena kita telah mampu untuk membeli lebih..
Cukup pahami,apa yg kita pakai,apa yg kita pilih,apa yg kita lakukan,karena kita paham...
Janganlah sampai,
dulu kita dengungkan kesederhanaan,padahal hanya karena ketidakmampuan...
Jangan sampai,
dulu kita serukan pengorbanan,padahal hanya karena keterbatasan...
Jangan sampai,
dulu kita bicara perjuangan,
padahal kita ingin kemewahan...
jangan sampai,
dulu kita bicara penjagaan, padahal hanya karena tidak ada kesempatan...
Jangan sampai,
dulu kita bicara menjadi teladan,padahal hanya karena sanjungan...
Jangan sampai...
Jangan sampai...
(Jangan sampai aku bicara ini,
padahal hanya karena iri hati...)
Kita tidak perlu merubah warna kita teman, hanya karena kita melihat warna yang beraneka ragam..
Kita pun tidak perlu merubah gaya hidup kita teman, hanya karena kita telah mampu untuk membeli lebih..
Cukup pahami,apa yg kita pakai,apa yg kita pilih,apa yg kita lakukan,karena kita paham...
Janganlah sampai,
dulu kita dengungkan kesederhanaan,padahal hanya karena ketidakmampuan...
Jangan sampai,
dulu kita serukan pengorbanan,padahal hanya karena keterbatasan...
Jangan sampai,
dulu kita bicara perjuangan,
padahal kita ingin kemewahan...
jangan sampai,
dulu kita bicara penjagaan, padahal hanya karena tidak ada kesempatan...
Jangan sampai,
dulu kita bicara menjadi teladan,padahal hanya karena sanjungan...
Jangan sampai...
Jangan sampai...
(Jangan sampai aku bicara ini,
padahal hanya karena iri hati...)
Friday, June 04, 2010
Pahlawan Tak Bernama
Ia tidak mengenakan baju zirah, menunggang kuda atau menghunus pedang
tapi kata2nya tentang musuhnya, selalu membuat mereka bergetar
Ia memang bukan seorang mufti atau sarjana bergelar 'lc' (licensed)
tapi sedikit hapalan qur'annya cukup untuk menjaga dirinya dari siksa kubur dan panasnya neraka
ia pun bukan seorang manusia yang sempurna
tapi tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak mencintai dirinya
setiap kita punya pahlawan dalam diri kita
seorang yang boleh jadi namanya tidak terabadikan di dalam buku2 sejarah
seorang yang belum ada jaminan akan selamatnya ia di akhirat sana
tapi kenyataannya adalah kitalah yang menjadi jaminan dirinya
jaminan akan apa yg ia perbuat di dunia
jaminan yang bisa kita berikan dengan doa2 kita kepadanya
selamat memanjatkan doa kepada para pahlawan yang bersemayam di dalam diri kita...
tapi kata2nya tentang musuhnya, selalu membuat mereka bergetar
Ia memang bukan seorang mufti atau sarjana bergelar 'lc' (licensed)
tapi sedikit hapalan qur'annya cukup untuk menjaga dirinya dari siksa kubur dan panasnya neraka
ia pun bukan seorang manusia yang sempurna
tapi tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak mencintai dirinya
setiap kita punya pahlawan dalam diri kita
seorang yang boleh jadi namanya tidak terabadikan di dalam buku2 sejarah
seorang yang belum ada jaminan akan selamatnya ia di akhirat sana
tapi kenyataannya adalah kitalah yang menjadi jaminan dirinya
jaminan akan apa yg ia perbuat di dunia
jaminan yang bisa kita berikan dengan doa2 kita kepadanya
selamat memanjatkan doa kepada para pahlawan yang bersemayam di dalam diri kita...
Wednesday, May 26, 2010
Perenungan Makna dan Arti
sejenak di hari yang lalu kumendengarkan petuah seorang Guru tentang arti keikhlasan
sejenak dengan sedikit perhatian kumencoba memahami apa yang menjadi makna di balik keikhlasan
Sang Guru ucapkan tiga kunci, "Lillah, Billah, dan Fillah"...
Berat rasanya kumaknai setiap kunci tersebut
bukan berat untuk mengerti arti dari setiap kunci
tapi berat dalam ujar, laku dan pikir di diri
teringat kembali aku pada petuah seorang Guru yang lain
bahwa "keikhlasan membawa pada kekuatan"...
"keikhlasan membawa pada ketenangan"...
"keikhlasan membawa pada kemenangan"...
kemudian ku renungi kembali
terasa begitu pancaran keikhlasan Sang Guru begitu terang menyinari
terasa betapa keikhlasan Sang Guru begitu cepat menulari
menular pada diriku sesaat ketika aku mendengar setiap petuah darinya
satu lagi pelajaran kudapati di hari itu
bahwa keshalihan adalah hal yang dapat menular
pantas saja banyak orang berilmu berpesan untuk mencari teman dan lingkungan yang baik
agar kita dapat tertular kebaikannya
kembali lagi kuteringat di masa yang lalu
pernah ku memberi sebuah nasihat kepada seorang sahabat
sahabat yang kusimpan namanya dalam hati
sahabat yang dalam ucap ku katakan kucintai
nasihat yang baik lagi penuh budi
tapi tidak kudapati nasihat ku tersimpan dan membekas merubah diri
bahkan semakin menjadi
kemudian kucemooh ia dalam diri, kukatakan pengkhianatan telah ia bagi
kukatakan kebodohan baginya
tapi kini kuberpikir
adakah itu karena tidak ada keluhuran seluhur isi nasihat yang kuberi dalam diriku
sama seperti keshalihan yang dapat menular, penyakit hari pun pasti demikian
adakah memang kumurni memberi karena Ilahi
atau justru penyakit hati yang kutulari
penyakit hati yang penuh duri dan cacat diri
tidak seperti ketika Sang Guru menasihati pada murid-muridnya
yang seketika dapat menyinari para hati
alih-alih sinaran terpancar, hanya kegelapan yang menjangkiti dari diri ini
betapa aku memahami saat ini
sekiranya bukan karena Tuhanku perintahkan untuk saling menasihati
pun Sang Rasul sampaikan "Addiinu Nashihah", "Agama adalah Nasihat"..
maka tidak akan sekalipun mulai saat ini akan aku nasihati semua pribadi
(Kota Penuh Arti, 27-05-2010/10:53)
sejenak dengan sedikit perhatian kumencoba memahami apa yang menjadi makna di balik keikhlasan
Sang Guru ucapkan tiga kunci, "Lillah, Billah, dan Fillah"...
Berat rasanya kumaknai setiap kunci tersebut
bukan berat untuk mengerti arti dari setiap kunci
tapi berat dalam ujar, laku dan pikir di diri
teringat kembali aku pada petuah seorang Guru yang lain
bahwa "keikhlasan membawa pada kekuatan"...
"keikhlasan membawa pada ketenangan"...
"keikhlasan membawa pada kemenangan"...
kemudian ku renungi kembali
terasa begitu pancaran keikhlasan Sang Guru begitu terang menyinari
terasa betapa keikhlasan Sang Guru begitu cepat menulari
menular pada diriku sesaat ketika aku mendengar setiap petuah darinya
satu lagi pelajaran kudapati di hari itu
bahwa keshalihan adalah hal yang dapat menular
pantas saja banyak orang berilmu berpesan untuk mencari teman dan lingkungan yang baik
agar kita dapat tertular kebaikannya
kembali lagi kuteringat di masa yang lalu
pernah ku memberi sebuah nasihat kepada seorang sahabat
sahabat yang kusimpan namanya dalam hati
sahabat yang dalam ucap ku katakan kucintai
nasihat yang baik lagi penuh budi
tapi tidak kudapati nasihat ku tersimpan dan membekas merubah diri
bahkan semakin menjadi
kemudian kucemooh ia dalam diri, kukatakan pengkhianatan telah ia bagi
kukatakan kebodohan baginya
tapi kini kuberpikir
adakah itu karena tidak ada keluhuran seluhur isi nasihat yang kuberi dalam diriku
sama seperti keshalihan yang dapat menular, penyakit hari pun pasti demikian
adakah memang kumurni memberi karena Ilahi
atau justru penyakit hati yang kutulari
penyakit hati yang penuh duri dan cacat diri
tidak seperti ketika Sang Guru menasihati pada murid-muridnya
yang seketika dapat menyinari para hati
alih-alih sinaran terpancar, hanya kegelapan yang menjangkiti dari diri ini
betapa aku memahami saat ini
sekiranya bukan karena Tuhanku perintahkan untuk saling menasihati
pun Sang Rasul sampaikan "Addiinu Nashihah", "Agama adalah Nasihat"..
maka tidak akan sekalipun mulai saat ini akan aku nasihati semua pribadi
(Kota Penuh Arti, 27-05-2010/10:53)
Monday, May 10, 2010
terima kasih harapan...
Berbahagialah mereka yang dipundaknya teranugerahi sejumlah harapan,
berbahagialah mereka yang di dirinya tertanam sepundi harapan,
berbahagialah mereka karena tidak semua orang mendapatkannya.
karena harapan-harapan itulah yang menjadikan diri kita ada,berbahagialah mereka yang di dirinya tertanam sepundi harapan,
berbahagialah mereka karena tidak semua orang mendapatkannya.
karena harapan-harapan itulah yang menjadikan diri kita bernilai,
karena harapan-harapan itulah yang membesarkan kita,
karena dengan harapan-harapan itulah usia kita dapat melampaui waktu hidup kita.
karenanya jagalah harta berharga tersebut, karena bila ia hilang maka penyesalan menjadi obat pahit penawarnya..
jagalah harapan2 itu: harapan kedua orang tua kita, harapan orang2 terdekat kita, harapan masyarakat dan umat kita, harapan Rasul kita...
jagalah harapan-harapan itu..pun bila kita belum sanggup memenuhi semuanya maka amin-kanlah harapan-harapan itu, semoga suatu saat Tuhan kita yg maha Perkasa membantu kita memenuhinya...
karena harapan-harapan itulah yang membesarkan kita,
karena dengan harapan-harapan itulah usia kita dapat melampaui waktu hidup kita.
karenanya jagalah harta berharga tersebut, karena bila ia hilang maka penyesalan menjadi obat pahit penawarnya..
jagalah harapan2 itu: harapan kedua orang tua kita, harapan orang2 terdekat kita, harapan masyarakat dan umat kita, harapan Rasul kita...
jagalah harapan-harapan itu..pun bila kita belum sanggup memenuhi semuanya maka amin-kanlah harapan-harapan itu, semoga suatu saat Tuhan kita yg maha Perkasa membantu kita memenuhinya...
Tuesday, May 04, 2010
Jangan Salahkan Jalan!!!
Jangan pernah salahkan jalan, teman!bila ia panjang berliku pun penuh duri dan batu..jangan pernah salahkan jalan, bila ia sempit pun menanjak tanpa henti..karena jalan selalu berada di bawah..kita lah yg memilih dan menentukan arah dan tujuannya..karena tugas jalan hanya mendampingi perjalanan..kita lah yang merencanakan dan memutuskan perjalanan tersebut..dan jangan pernah salahkan perjalanan bila pemandangannya tidak selalu indah..karena bila kita sadari bahwa tujuan dari perjalanan itu indah..maka kita tidak akan membutuhkan pemandangan lain selain itu..
Allahu a'lam...
Allahu a'lam...
Monday, May 03, 2010
sedikit tentang kebanggaan...
aku bangga pada mereka yang hidup sederhana, bukan karena mereka tidak sanggup untuk hidup dalam kemewahan, tapi karena mereka tidak ingin kemewahan membuat hati mereka menjadi terikat pada harta yang mereka miliki
aku bangga pada mereka yang menjaga nama baik mereka, bukan karena mereka berharapa pujian dari banyak orang, tapi karena Tuhan mereka memerintahkan mereka untuk menjaga diri dari fitnah, fitnah bagi orang lain dan juga diri mereka sendiri
aku bangga pada mereka yang namanya harum di mata masyarakat akhirat, bukan karena mereka tidak hidup di dunia, tapi karena kehidupan dunia tidak mampu menipu dan memalingkan pandangan mereka dari kehidupan akhirat
aku bangga pada mereka yang berjuang keras untuk mencapai cita-cita mereka, bukan karena mereka tidak mampu melalui jalan pintas yang mudah, tapi karena mereka tidak mau mereka tidak mendapat pelajaran dari setiap proses yang mereka hadapi
aku bangga pada mereka yang tidak pernah mengeluh, bukan karena mereka tidak pernah merasa jenuh, bukan karena mereka tidak pernah diselimuti peluh, tapi karena mereka mengerti, semua yang mereka alami adalah karena Tuhan mereka ingin mereka belajar dari itu, karena pasti ada pelajaran yang lebih berharga yang terdapat didalamnya
aku bangga pada mereka yang senang menjaga kepercayaan, bukan karena mereka sok merasa lebih baik dari yang lain, bukan karena mereka merasa yang paling mampu, tapi karena dengan itulah do'a-do'a tulus akan terus mengalir kepada mereka, karena dengan itulah Tuhan mereka akan tetap menjaga mereka
aku bangga pada mereka yang begitu tulus menbantu sesama, bukan karena mereka berharap balas budi, bukan karena mereka haus ucapan terima kasih, tapi karena mereka ingin Tuhan mereka selalu membantu mereka
aku bangga pada mereka walaupun aku bukan termasuk ke dalam golongan mereka, aku bangga walaupun hanya bisa menjadi teman mereka, aku bangga karena Tuhanku pun pasti bangga kepada mereka
aku bangga karena merekalah yang selalu mengulurkan tangan dengan senyuman yang selalu hangat mengajakku turut berbahagia seperti mereka, aku bangga pada mereka walaupun aku masih jauh dari mereka... dan aku bangga kepada mereka karenanya aku ingin bertemu mereka...bertemu mereka di kehidupan kekal dalam kebahagian...
aku bangga pada mereka yang menjaga nama baik mereka, bukan karena mereka berharapa pujian dari banyak orang, tapi karena Tuhan mereka memerintahkan mereka untuk menjaga diri dari fitnah, fitnah bagi orang lain dan juga diri mereka sendiri
aku bangga pada mereka yang namanya harum di mata masyarakat akhirat, bukan karena mereka tidak hidup di dunia, tapi karena kehidupan dunia tidak mampu menipu dan memalingkan pandangan mereka dari kehidupan akhirat
aku bangga pada mereka yang berjuang keras untuk mencapai cita-cita mereka, bukan karena mereka tidak mampu melalui jalan pintas yang mudah, tapi karena mereka tidak mau mereka tidak mendapat pelajaran dari setiap proses yang mereka hadapi
aku bangga pada mereka yang tidak pernah mengeluh, bukan karena mereka tidak pernah merasa jenuh, bukan karena mereka tidak pernah diselimuti peluh, tapi karena mereka mengerti, semua yang mereka alami adalah karena Tuhan mereka ingin mereka belajar dari itu, karena pasti ada pelajaran yang lebih berharga yang terdapat didalamnya
aku bangga pada mereka yang senang menjaga kepercayaan, bukan karena mereka sok merasa lebih baik dari yang lain, bukan karena mereka merasa yang paling mampu, tapi karena dengan itulah do'a-do'a tulus akan terus mengalir kepada mereka, karena dengan itulah Tuhan mereka akan tetap menjaga mereka
aku bangga pada mereka yang begitu tulus menbantu sesama, bukan karena mereka berharap balas budi, bukan karena mereka haus ucapan terima kasih, tapi karena mereka ingin Tuhan mereka selalu membantu mereka
aku bangga pada mereka walaupun aku bukan termasuk ke dalam golongan mereka, aku bangga walaupun hanya bisa menjadi teman mereka, aku bangga karena Tuhanku pun pasti bangga kepada mereka
aku bangga karena merekalah yang selalu mengulurkan tangan dengan senyuman yang selalu hangat mengajakku turut berbahagia seperti mereka, aku bangga pada mereka walaupun aku masih jauh dari mereka... dan aku bangga kepada mereka karenanya aku ingin bertemu mereka...bertemu mereka di kehidupan kekal dalam kebahagian...
Kematian Hati
oleh Ust. Rahmat Abdullah Allahuyarham
Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya.
Banyak orang cepat datang ke shaf shalat layaknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi.
Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan Tuhannya. Ada yang datang sekedar memenuhi tugas rutin mesin agama. Dingin, kering dan hampa, tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri.
Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada idzin untuk berhenti hanya pada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang ALLAH berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan ALLAH atasmu.
Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudlu di dingin malam, lapar perut karena shiam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang.
Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.
Asshiddiq Abu Bakar Ra. selalu gemetar saat dipuji orang. "Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidaktahuan mereka", ucapnya lirih.
Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana, lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebut-nyebutnya. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim amalnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan orang yang beramal, karena kekurangan atau ketidaksesuaian amal mereka dengan lamunan pribadinya, atau tidak mau kalah dan tertinggal di belakang para pejuang. Mereka telah menukar kerja dengan kata.
Dimana kau letakkan dirimu?
Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut.
Sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Semua sudah jadi biasa, tanpa rasa.
Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi saat ma'siat menggodamu dan engkau meni'matinya?
Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani meninggi. Rasa malu kepada ALLAH, dimana kau kubur dia ?
Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbuka lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung. Ini potret negerimu : 228.000 remaja mengidap putau. Dari 1500 responden usia SMP & SMU, 25 % mengaku telah berzina dan hampir separohnya setuju remaja berhubungan seks di luar nikah asal jangan dengan perkosaan. Mungkin engkau mulai berfikir "Jamaklah, bila aku main mata dengan aktifis perempuan bila engkau laki-laki atau sebaliknya di celah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat dekat atau bertelepon dengan menambah waktu yang tak kauperlukan sekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh" Betapa jamaknya 'dosa kecil' itu dalam hatimu.
Kemana getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat "TV Thaghut" menyiarkan segala "kesombongan jahiliyah dan maksiat"?
Saat engkau muntah melihat laki-laki (banci) berpakaian perempuan, karena kau sangat mendukung ustadzmu yang mengatakan " Jika ALLAH melaknat laki-laki berbusana perempuan dan perempuan berpakaian laki-laki, apa tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat ?"
Ataukah taqwa berlaku saat berkumpul bersama, lalu yang berteriak paling lantang "Ini tidak islami" berarti ia paling islami, sesudah itu urusan tinggallah antara engkau dengan dirimu, tak ada ALLAH disana?
Sekarang kau telah jadi kader hebat.
Tidak lagi malu-malu tampil.
Justeru engkau akan dihadang tantangan: sangat malu untuk menahan tanganmu dari jabatan tangan lembut lawan jenismu yang muda dan segar. Hati yang berbunga-bunga didepan ribuan massa.
Semua gerak harus ditakar dan jadilah pertimbanganmu tergadai pada kesukaan atau kebencian orang, walaupun harus mengorbankan nilai terbaik yang kau miliki. Lupakah engkau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1 milimeter, maka pada jarak 300 meter dia tidak melenceng 1 milimeter lagi ? Begitu jauhnya inhiraf di kalangan awam, sedikit banyak karena para elitenya telah salah melangkah lebih dulu.
Siapa yang mau menghormati ummat yang "kiayi"nya membayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa menit sebelumnya ia setubuhi di sebuah kamar hotel berbintang, lalu dengan enteng mengatakan "Itu maharku, ALLAH waliku dan malaikat itu saksiku" dan sesudah itu segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersalah?
Siapa yang akan memandang ummat yang da'inya berpose lekat dengan seorang perempuan muda artis penyanyi lalu mengatakan "Ini anakku, karena kedudukan guru dalam Islam adalah ayah, bahkan lebih dekat daripada ayah kandung dan ayah mertua" Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummat lalu mendaftar diri sebagai 'alimullisan (alim di lidah)? Apa kau fikir sesudah semua kedangkalan ini kau masih aman dari kemungkinan jatuh ke lembah yang sama?
Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam aktifitas da'wahnya? Akankah kau andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang maksiat mereka yang semakin tersudut oleh retorikamu yang menyihir ? Bila demikian, koruptor macam apa engkau ini? Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka.
Tengoklah langkah mereka di mal. Betapa besar sumbangan mereka kepada modernisasi dengan banyak-banyak mengkonsumsi produk junk food, semata-mata karena nuansa "westernnya" . Engkau akan menjadi faqih pendebat yang tangguh saat engkau tenggak minuman halal itu, dengan perasaan "lihatlah, betapa Amerikanya aku".
Memang, soalnya bukan Amerika atau bukan Amerika, melainkan apakah engkau punya harga diri.
Mahatma Ghandi memimpin perjuangan dengan memakai tenunan bangsa sendiri atau terompah lokal yang tak bermerk. Namun setiap ia menoleh ke kanan, maka 300 juta rakyat India menoleh ke kanan. Bila ia tidur di rel kereta api, maka 300 juta rakyat India akan ikut tidur disana.
Kini datang "pemimpin" ummat, ingin mengatrol harga diri dan gengsi ummat dengan pameran mobil, rumah mewah, "toko emas berjalan" dan segudang asesori. Saat fatwa digenderangkan, telinga ummat telah tuli oleh dentam berita tentang hiruk pikuk pesta dunia yang engkau ikut mabuk disana. "Engkau adalah penyanyi bayaranku dengan uang yang kukumpulkan susah payah. Bila aku bosan aku bisa panggil penyanyi lain yang kicaunya lebih memenuhi seleraku"
Banyak orang cepat datang ke shaf shalat layaknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi.
Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan Tuhannya. Ada yang datang sekedar memenuhi tugas rutin mesin agama. Dingin, kering dan hampa, tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri.
Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada idzin untuk berhenti hanya pada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang ALLAH berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan ALLAH atasmu.
Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudlu di dingin malam, lapar perut karena shiam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang.
Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.
Asshiddiq Abu Bakar Ra. selalu gemetar saat dipuji orang. "Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidaktahuan mereka", ucapnya lirih.
Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana, lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebut-nyebutnya. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim amalnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan orang yang beramal, karena kekurangan atau ketidaksesuaian amal mereka dengan lamunan pribadinya, atau tidak mau kalah dan tertinggal di belakang para pejuang. Mereka telah menukar kerja dengan kata.
Dimana kau letakkan dirimu?
Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut.
Sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Semua sudah jadi biasa, tanpa rasa.
Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi saat ma'siat menggodamu dan engkau meni'matinya?
Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani meninggi. Rasa malu kepada ALLAH, dimana kau kubur dia ?
Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbuka lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung. Ini potret negerimu : 228.000 remaja mengidap putau. Dari 1500 responden usia SMP & SMU, 25 % mengaku telah berzina dan hampir separohnya setuju remaja berhubungan seks di luar nikah asal jangan dengan perkosaan. Mungkin engkau mulai berfikir "Jamaklah, bila aku main mata dengan aktifis perempuan bila engkau laki-laki atau sebaliknya di celah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat dekat atau bertelepon dengan menambah waktu yang tak kauperlukan sekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh" Betapa jamaknya 'dosa kecil' itu dalam hatimu.
Kemana getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat "TV Thaghut" menyiarkan segala "kesombongan jahiliyah dan maksiat"?
Saat engkau muntah melihat laki-laki (banci) berpakaian perempuan, karena kau sangat mendukung ustadzmu yang mengatakan " Jika ALLAH melaknat laki-laki berbusana perempuan dan perempuan berpakaian laki-laki, apa tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat ?"
Ataukah taqwa berlaku saat berkumpul bersama, lalu yang berteriak paling lantang "Ini tidak islami" berarti ia paling islami, sesudah itu urusan tinggallah antara engkau dengan dirimu, tak ada ALLAH disana?
Sekarang kau telah jadi kader hebat.
Tidak lagi malu-malu tampil.
Justeru engkau akan dihadang tantangan: sangat malu untuk menahan tanganmu dari jabatan tangan lembut lawan jenismu yang muda dan segar. Hati yang berbunga-bunga didepan ribuan massa.
Semua gerak harus ditakar dan jadilah pertimbanganmu tergadai pada kesukaan atau kebencian orang, walaupun harus mengorbankan nilai terbaik yang kau miliki. Lupakah engkau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1 milimeter, maka pada jarak 300 meter dia tidak melenceng 1 milimeter lagi ? Begitu jauhnya inhiraf di kalangan awam, sedikit banyak karena para elitenya telah salah melangkah lebih dulu.
Siapa yang mau menghormati ummat yang "kiayi"nya membayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa menit sebelumnya ia setubuhi di sebuah kamar hotel berbintang, lalu dengan enteng mengatakan "Itu maharku, ALLAH waliku dan malaikat itu saksiku" dan sesudah itu segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersalah?
Siapa yang akan memandang ummat yang da'inya berpose lekat dengan seorang perempuan muda artis penyanyi lalu mengatakan "Ini anakku, karena kedudukan guru dalam Islam adalah ayah, bahkan lebih dekat daripada ayah kandung dan ayah mertua" Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummat lalu mendaftar diri sebagai 'alimullisan (alim di lidah)? Apa kau fikir sesudah semua kedangkalan ini kau masih aman dari kemungkinan jatuh ke lembah yang sama?
Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam aktifitas da'wahnya? Akankah kau andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang maksiat mereka yang semakin tersudut oleh retorikamu yang menyihir ? Bila demikian, koruptor macam apa engkau ini? Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka.
Tengoklah langkah mereka di mal. Betapa besar sumbangan mereka kepada modernisasi dengan banyak-banyak mengkonsumsi produk junk food, semata-mata karena nuansa "westernnya" . Engkau akan menjadi faqih pendebat yang tangguh saat engkau tenggak minuman halal itu, dengan perasaan "lihatlah, betapa Amerikanya aku".
Memang, soalnya bukan Amerika atau bukan Amerika, melainkan apakah engkau punya harga diri.
Mahatma Ghandi memimpin perjuangan dengan memakai tenunan bangsa sendiri atau terompah lokal yang tak bermerk. Namun setiap ia menoleh ke kanan, maka 300 juta rakyat India menoleh ke kanan. Bila ia tidur di rel kereta api, maka 300 juta rakyat India akan ikut tidur disana.
Kini datang "pemimpin" ummat, ingin mengatrol harga diri dan gengsi ummat dengan pameran mobil, rumah mewah, "toko emas berjalan" dan segudang asesori. Saat fatwa digenderangkan, telinga ummat telah tuli oleh dentam berita tentang hiruk pikuk pesta dunia yang engkau ikut mabuk disana. "Engkau adalah penyanyi bayaranku dengan uang yang kukumpulkan susah payah. Bila aku bosan aku bisa panggil penyanyi lain yang kicaunya lebih memenuhi seleraku"
Subscribe to:
Posts (Atom)