Pages

Tuesday, June 14, 2011

Inilah Kisah Seorang Lelaki Kembara

Terkisah seorang pemuda yang melakukan sebuah pejalanan, dengan bekal yang ia bawa, ia diharuskan menjalani sebuah pengembaraan panjang. Pengembaraan memiliki dua ujung, ujung yang pertama bernama kebahagiaan abadi dan ujung yang kedua benama penderitaan abadi.

Dengan sedikit pengetahuan dan peta yang tidak begitu jelas ia memulai perjalannya, dengan harapan di tengah-tengah perjalanan ia akan menemukan petunjuk yang dapat melengkapi pengetahuannya tentang arah dan tujuan perjalannya...

Di tengah perjalanannya ia berjumpa dengan sebuah persimpangan yang ditengahnya terdapat sungai besar sebagai pemisah..

Jalan yang pertama tampak kecil, berliku, sulit dan tidak sedikit kesulitan di sana. Namun papan petunjuk arah menunjukkan bahwa kebahagiaan abadi terdapat di ujung jalan tersebut.

Jalan yang kedua tampak begitu menyenangkan, penuh pohon-pohon berbuah, ramai oleh orang-orang sedang bersuka cita, sangat menarik minat untuk dilalui.

Terbingung-bingung ia memilih jalan mana yang akan dilalui. Kemudian dengan mnuruti petunjuk arah yang samar-samar ia raba, ia memilih turut pada arah yang ditunjukkan untuk melalui jalan pertama.

Namun angan dan pandangannya selalu menoleh pada jalan kedua, mungkin tersilap atau ada rasa ingin merasakan apa yang ada disana, ia tidak begitu memperhatikan jalannya, beberapa kali ia terantuk batu atau tertusuk duri yang membuatnya kembali melihat ke depan. Namun ternyata ada kehampaan pada perbekalan yang ia bawa, bukan pada kurangnya perbekalan, tapi gamangnya ia pada setiap perbekalan tersebut, tidak paham bagaimana harus membawa dan menggunakannya, sehingga hanya terasa memberatkan dirinya. Sesekali ia berpikir untuk melepaskan sedikit beban dari perbekalan tersebut.

Sambil terus berjalan dengan tolehan kepala dan angannya menuju jalan di seberang, ia melihat sebuah titian untuk dapat melewati sungai dan menuju jalan seberang. Merasa lelah dengan perjalannya di jalan tersebut, ia mencoba melalui titian tersebut dan menyeberang menuju jalan kedua. Benar ternyata, rasanya begitu menyenangkan berada di jalan tersebut, hingga terlena ia dengan rasa nyaman berada di tengah-tengah ramainya kemeriahan yang terdapat di jalan tersebut, hingga tanpa ia sadar, ia terperosok ke dalam gua yang dalam yang penuh dengan berbagai kesenangan di dalamnya. Setelah berada di tengah-tengah gua tersebut, kembali tersadar ia bahwa ia berada di tempat yang salah, yang ujungnya bernama penderitaan abadi. Kemudian ia mencoba mencari jalan keluar dari gua tersebut, sulit rasanya ia menmukan jalan keluarnya, bahkan sesekali ia terpeleset dan kembali ke dalamnya gua tersebut. Hampir putus asa ia di sana dan hampir memilih untuk pasrah dan tetap berada di sana. Tapi tiba-tiba ada sebuah tali ikatan yang kuat yang menariknya ke atas. Tidak tahu ia darimana tali itu berasal, tapi rupanya itu adalah tali yang berasal dari salah satu perbekalannya yang terikat pada sebuah tongkat yang tertancap di jalan pertama. Terangkatlah kembali ianya dan berusaha sekuat hati untuk menuju jalan pertama, tidak mudah rupanya, cibiran dan umpatan harus ia terima dari para penghuni gua, atau justru ajakan ramah yang mempesona hatinya. Tapi ia sudah bertekad untuk kembali ke jalan pertama, dan itulah hambatan yang harus ia hadapi.

Ketika ia berhasil berada di pinggiran jalan pertama, rupanya tidak sampai muka ia berani menyapa dan menatap orang-orang yang juga berteguh hati di jalan tersebut, malu rasanya, sudah begitu hitam dan kumal dirinya untuk bertegur sapa dengan orang-orang disana. Tapi tarikan tali yang mengikatnya begitu kuat hingga ia berada kembali di tengah-tengah jalan tersebut, menangis ia, menyesal sejadi-jadinya ia, malu dan bersedih, namun juga bersyukur karena ternyata Tuhannya bagitu sayang kepadanya, masih berkenan menariknya kembali menuju jalan yang berujung kebahagiaan abadi tersebut. Kemudan bulat tekadnya untuk tetap teguh dalam jalan tersebut, walaupun saat ini pakaiannya telah kumal dan robek di sana-sini.

Entah bagaimana kisah selanjutnya dari sang lelaki kembara tersebut, namun ia berharap ia dapat menemukan ujung yang bernama kebahagiaan abadi yang ia idam-idamkan.

No comments: